Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu primadona ikan budidaya di Indonesia, hal tersebut disebabkan karena ikan kerapu macan pada saat ini mempunyai potensi dan peluang pasar yang sangat menjanjikan, namun optimisme tersebut perlu kiranya disertai dengan perhatian terhadap mutu dari benih yang dihasilkan oleh hatchery.
Kegiatan pembenihan merupakan awal dari rangkaian kegiatan budidaya ikan. Benih ikan yang berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan kegiatan budidaya.
Oleh karena itu Loka Budidaya Laut Batam sebagai salah satu institusi pemerintah yang bertugas didalam pelaksanaan penerapan teknis pembenihan, merasa berkewajiban untuk memperoduksi benih ikan kerapu yang berkualitas tinggi.
Produksi Benih
Pemeliharaan Induk
Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersediaan induk yang cukup, baik jumlah, kualitas dan keseragaman. Induk yang baik memiliki berat untuk betina lebih dari 4 kg dan jantan lebih dari 6 kg, sehat dan tidak cacat. Tingkat kematangan dan kualitas gonad yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang baik harus mempunyai syarat tepat mutu, jumlah dan waktu. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah dengan kandungan protein tinggi seperti tanjan, lemuru, cumi-cumi, benggol ditambah dengan pemberian vitamin C. Dosis pemberian pakan adalah 1-3% berat badan/hari. Pengecekan dilakukan secara rutin, diantaranya tentang perkembangan dan kematangan gonad.
Pemijahan
Pemijahan dilakuakan secara alami. Sex ratio adalah 1:1 berat badan. Pemijahan terjadi pada malam hari terutama awal bulan terang antara pukul 22.00-03.00 WIB. Teknik pemijahan yang dilakukan diantaranya adalah dengan manipulasi lingkungan. Induk yang siap pijah betina ukuran lebih dari 150 gr dan jantan 75-200 gr.
Induk yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu. Ciri-ciri induk sehat adalah berwarna coklat kehitaman, gerakan aktif, tubuh tidak ada cacat dan mata berwarna jernih. Pemeriksaan kematangan gonad dilakukan dengan stripping terhadap ikan yang telah diseleksi.
Pemijahan Larva
Bak pemeliharaan larva berbentuk empat persegi panjang dengan volume 10-20 ton. Air laut yang digunakan adalah air yang telah disaring dan diberi klorin 30-50 ppm selama 3 hari dengan salinitas 30-33 ppt dan suhu 27-29°C. Telur yang ditebar adalah telur yang telah diseleksi dengan padat penebaran 15-30 butir/liter.
Telur akan menetas setelah 17-25 jam dari pemijahan. Selanjutnya dilakukan screening terhadap telur fertile, screening juga dilakukan dengan PCR. Selama 3 hari pertama pakan larva masih disuplai oleh kuning telur. Setelah hari ketiga manajemen pakan penting untuk diperhatikan, sampai hari ke-30 pakan yang diberikan adalah Rotifera (Brachionus plicatilis). Media pemeliharaan yang berupa algae berfungsi sebagai pakan rotifera dan penstabil media pemeliharaan. Pakan selanjutnya pada umur 20-30 hari adalah artemia dan pada umur 17 hari larva mulai diberi pakan pelet hingga benih siap tebar. Untuk menjaga kualitas media pemeliharaan, secara periodik dilakukan penyiphonan dan pergantian air. Penyiphonan mulai dilakukan saat umur larva 10 hari dan dilakukan setiap 3 hari sekali. Pergantian air dilakukan mulai umur 10-15 hari sebanyak 5-10%, umur 15-25 hari sebanyak 10-20%, umur 25-35 sebanyak 20-40% dan saat umur 35 hari sampai seterusnya pergantian air lebih dari 40%.
Pendederan
Pendederan dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung dengan menggunakan waring maupun pada bak pendederan. Pakan yang diberikan adalah kombinasi cincangan ikan dan pelet. Pakan diberikan sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu pagi, siang dan sore. Dosis pakan yang dipakai adalah ad-libitum (sampai kenyang). Untuk mencegah terjangkitnya penyakit, secara periodik dilakukan perendaman dengan acriflavin dan air tawar.
Grading harus secara periodik dilakukan guna menghindari kanibalisme yang tinggi. Semakin seragam ukuran ikan tingkat kanibalisme dapat ditekan. Pada tahap ini manajemen air media pemeliharaan juga sangat penting diperhatikan. Benih dapat dipanen setelah umur 2 bulan atau berukuran 2-3″. Sortir dengan PCR dilakukan untuk mendeteksi dini serangan virus, selain itu sortir juga dilakukan untuk memisahkan benih yang abnormal. Selanjutnya benih siap ditebar di Keramba Jaring Apung sampai ukuran konsumsi yang biasanya berukuran 600-100 gr/ekor.
Sumber :
Loka Budidaya Laut Batam